beliau mempunyai 12 anak :
yaitu
- Raden Mas Oemar Djaman Tjokroprawiro, seorang pensiunan Wedana;
- Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto;
- Raden Ayu Tjokrodisoerjo, seorang istri almarhum mantan BupatiPurwokerto
- Raden Mas Poerwadi Tjokrosoedirjo, seorang bupati yang diperbantukankepada Residen Bojonegoro;
- Raden Mas Oemar Sabib Tjokrosoeprodjo, seorang pensiunan Wedanayang kemudian masuk PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia) dan Masyumiyang kemudian meninggal di Madiun di zaman yang terkenal denganistilah ’Madiun Affair
- Raden Ajeng Adiati;
- Raden Ayu Mamowinoto, seorang istri pensiunan pegawai tinggi;
- Raden Mas Abikoesno Tjokrosoejoso, seorang arsitek terkenal yang jugapolitikus ulung yang pernah menjadi ketua PSII dan sempat menjabatsebagai menteri di Kabinet Republik Indonesia;
- Raden Ajeng Istingatin;
- Raden Mas Poewoto;11.
- Raden Adjeng Istidjah Tjokrosoedarmo seorang pegawai tinggi kehutanan;
- Raden Aju Istirah Mohammad Soebari, seorang pegawai tinggiKementrian Perhubungan.
pada tahun 1902 ia berhasil menyelesaikan studinya disana. Tidak begitu mengherankan sebenarnya beliau dapat masuk ke sekolah OSVIA tersebut, karena sudah menjadi tradisi anak-anak priyayi B.B. (Binnenland Bestuur disekolahkan oleh orangtuanya di Sekolah Ambtenar. Tentu saja dengan harapan dapat menjadi seorang pejabat dalam dunia priyayi. Sebagai seorang anak priyayi, Tjokroaminoto tentu saja dijodohkan olehorangtuanya dengan anak priyayi pula yaitu Raden Ajeng Soeharsikin, puteri seorang patih wakil bupati Ponorogo yang bernama Raden Mas Mangoensomo.
Raden Ajeng Soeharsikin, yang setelah menikah menjadi Raden Ayu Tjokroaminoto, dikenal sebagai seorang wanita yang sangat halus budi pekertinya, baik perangainya, besar sifat pengampunannya dan cekatan. Walaupun tidak tinggi pendidikan sekolahnya, namun ia sangat menyukai pengajaran dan pengajian agama. Menurut asal-usulnya, ia keturunan Panembahan Senopati dan Ki Ageng Mangir di Madiun. Keteguhan dan kecintaan Soeharsikin kepada suaminya dibuktikan sejak awal masa pernikahan yang ketika itu dirinya dipaksa untuk memilih antara berpisah dengan orang tuanya atau dengan Tjokroaminoto. Hal ini terjadi ketika Tjokroaminoto berselisih dengan mertuanya.
Perselisihan ini bermula dari perbedaan pandangan di antara keduanya. Tjokroaminoto tidak berhasrat menjadi seorang birokrat sedangkan mertuanya menginginkan tjokroaminoto menjadi birokrat sebab mertuanya masih bersifat kolot dan cenderung elitis. Pada waktuitu, Tjokroaminoto sudah masuk dunia BB, dunia kaum priyayi. Selama tiga tahun ia menjadi juru tulis patih di Ngawi. Perbedaan antara mertua dan menantu ini semakin hari semakin tajam. Sadar akan kenyataan yang dihadapinya, Tjokroaminoto pun mengambil tindakan nekat. Dia meninggalkan rumah kediaman mertuanya tersebut walaupun istrinya sedang mengandung anak pertamanya. Tindakan nekat Tjokroaminoto ini menimbulkan kemarahan bahkan kebencian mertuanya.
Mangoensoemo memaksa anaknya untuk bercerai dengan Tjokroaminoto sebab kepergiannya telah mencoreng martabat dan kehormatan keluarganya. Dihadapkan dengan situasi sulit ini, Soeharsikin secara tegas tetap memilih suaminya, Tjokroaminoto. Jawaban Soeharsikin itu membuat kedua orang tuanya tertegun dan tidak dapat berbuat apa-apa. Ketika Soeharsikin telah melahirkan anak sulungnya, ia bersama anaknya meninggalkan rumah untuk menyusul Tjokroaminoto. Namun, ia berhasil ditemukan oleh pesuruh ayahnya yang menyusulnya.
Serikat Islam (SI) logo |
Di puncak popularitasnya Tjokroaminoto
sampai disebut sebagai ‘Heru-Tjokro’, simbol datangnya Ratu Adil dalam
kepercayaan Jawa. Istilah ‘Heru-Tjokro’ ini sendiri berasal dari
terminologi Ratu Adil yang digunakan olehPangeran Diponegoro dengan
gelar Sultan Abdul Hamid Herucakra KabirulMukminin Sayidin Panatagama
Kalifatul Rasul Tanah Jawa atau lebih dikenaldengan sebutan ‘Herucakra.
Ratu Adil ini dipercaya akan membawa
Jawakeluar dari kesengsaraan dan melepaskannya dari penjajahan. Hal ini
semakindiperkuat dengan adanya julukan yang disematkan pemerintah
kolonial kepadanyayaitu ‘ de Ongekroonde van Java ’ atau Raja Jawa yang
tidak bermahkota atautidak dinobatkan.
Dengan gelar yang disematkan seperti itu
maka amat wajar jikamasyarakat memiliki ekspektasi yang begitu besar
terhadap Tjokroaminoto. Iadiyakini memiliki kemampuan atau kelebihan
yang tidak dimiliki manusialainnya. Atau dalam perspektif agama sering
disebut dengan Karomah
Sebagai pemimpin besar SI/PSII tak terasa
Tjokroaminoto di tahun 1934telah berusia 52 tahun. Pada saat itu beliau
sudah mulai sakit-sakitan. Walaupundemikian Tjokroaminoto sampai
saat-saat terakhir hidupnya masih terus berjuangbersama SI, dan di
kongres XX di Banjarnegara yang diadakan 20-26 Mei 1934 iamasih turut
hadir dan inilah kongres SI terakhir yang dihadirinya setelah berjuang
lebih dari 22 tahun lamanya di SI/PSII. Di kongres ini
okroaminotomemberikan wasiat tertulis ’Program Wasiat ’ yang merupakan
suatu rencana’ Pedoman Umat Islam ’ dan disahkan oleh kongres.
Sebelumnya oleh kongresXIX Batavia Maret 1933, ia diserahi tugas penting
yang nampaknya hanyadipercayakan padanya untuk menyusun ’ Reglement
Umum Bagi Umat Islam
’.Oleh Tjokroaminoto konsep ini
diserahkan pada kaum PSII (Partai Sarikat IslamIndonesia) pada tanggal 4
Februari 1934 dan disahkan oleh kongres Banjarnegara1934.Kesehatan
Tjokroaminoto sendiri sebenarnya telah menurun sejak kepulangannya dari
Sulawesi akhir 1933,
namun ia terus memaksakan diri untuk bekerja.
Sesudah kongres Banjarnegara tersebut rekan-rekan separtainya
terusmenasehatinya agar beristirahat dan mengurangi aktivitasnya, namun
tidak jugadiindahkan oleh Tjokroaminoto. Tanggal 30 Agustus-2 September
1934 di Paresewaktu berlangsung konferensi wilayah PSII Jawa Timur, ia
terlihat pucat danlemah. Tak lama kemudian anaknya, Anwar Tjokroaminoto
yang selama initinggal di Jakarta mendapat kabar dari keluarga di
Yogyakarta yang mengatakankondisi Tjokroaminoto mulai melemah. Ia mulai
tidak bisa berjalan dan badannyamengalami kelumpuhan sebelah sehingga
praktis ia hanya bisa terbaring di tempattidur. Akhirnya pada hari
Senin Kliwon, 10 Ramadhan 1353 H , atau
tepatnya padatanggal 17 Desember 1934 H.O.S Tjokroaminoto menghembuskan
nafasterakhirnya. Beliau dimakamkan di Kuntjen, Yogyakarta.
Sehubungan dengan meninggalnya
Tjokroaminoto,
para pimpinan PSIIpun berkumpul di Yogyakarta hari itu
juga. Semisal Agoes Salim, Abikoesno, Kartosoewirjo, Wondoamiseno,
Sangadji, dan lainnya. Kaum pergerakan yanglain pun menunjukkan duka
cita yang mendalam atas wafatnya Tjokroaminoto.Dalam surat duka citanya
Majelis Pertimbangan PPPKI tertanggal 17 Desemberatas nama rakyat
Indonesia menyatakan turut berbelasungkawa atas wafatnyaTjokroaminoto.
Sedangkan Hoesni Thamrin sebagai wakil resmi PPPKI, pada 21Desember
datang berkunjung ke kantor PSII untuk menyatakan belasungkawa.
Sementara Soekarno, mantan menantunya,
menulis surat pada mantan istrinyayang juga anak pertama Tjokroaminoto
untuk menyatakan duka citanya yangmendalam. Oetari mengaku terkejut
menerima ucapan Soekarno ini dan tidak menyangka Soekarno akan
menghubunginya.
Demikian pula pers memberiperhatian atas
wafatnya Tjokroaminoto, ini bisa dibaca dalam pemberitaansejumlah
surat kabar diantaranya ’Penindjauan’, ’Sinar Pasundan’,
’Sipatahunan’,’Pewarta Surabaja’, ’Matahari’, ’Het Indische Volk’, dan
’Politieke Tribune’.Bahkan Perhimpunan Indonesia Raja di Mesir
memperoleh banyak ucapan dukadari umat Islam di Mesir.
Rakyat Indonesia jelas amat kehilangan
salah satu putra terbaiknya. Makauntuk menghargai jasa-jasa dan
sumbangsihnya kepada negara baik dalam bentuk tenaga, pikiran, bahkan
harta benda yang tak dapat dihitung besarnya, berdasarkanS.K. Presiden
RI. No.590/1961 Tjokroaminoto pun diangkat menjadi pahlawannasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar